ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA KELUARGA Ny.S DENGAN ANGGOTA KELUARGA MENDERITA PENYAKIT
HIPERTENSI
A. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan
Keluarga
1.
Defenisi keluarga
a.
Menurut Depkes. RI.
1988
Keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ke tergantungan.
b.
Menurut S .G . Bailon
dan Aracelis Maglaya
1989
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu
yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan, atau pengangkatan
dan mereka hidup bersama dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama
lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
( Nasrul Effendi,1998 : 33 ).
Dari kedua definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah
:
a. Unit terkecil
dari masyarakat.
b. Terdiri atas
dua orang atau
lebih.
c. Adanya ikatan
perkawianan dan pertalian
darah.
d. Hidup dalam
satu rumah tangga.
e. Dibawah asuhan
seorang kepala keluarga.
f. Berinteraksi diantara
sesama anggota keluarga.
g. Setiap anggota
keluarga mempunyai perannya
masing-masing.
h. Menciptakan dan mempertahankan kebudayaan
2.
Keperawaatan kesehatan keluarga
Menurut S.G. Bailon
dan Aracelis Maglaya 1978
Perawatan
kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan
atau dipusatkan pada keluarga
sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai sarana
penyalur (Nasrul Effendi,1998:39)
3.
Tipe keluarga
a.
Keluarga inti
(nuclear family) adalah keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu, anak-anak.
b.
Keluarga besar
(extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakandan sebagainya .
c.
Keluarga berantai
(serial family) ialah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah
lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d.
Keluarga duda/janda
(single family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e.
Keluarga
berkomposisi (composite) adalah keluarga yang perkawinanya berpoligami dan
hidup secara bersama–sama.
f.
Keluarga kabitas
(cahabitasia) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk
suatu keluarga .
4.
Tahap-Tahap
Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga merupakan proses
perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi
dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui
beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan
sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas tugas perkemabangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau aktual.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas tugas perkemabangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau aktual.
Tahap
perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang dianggap stabil. Menurut
Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap keluarga melalui tahapan
perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola
yang sama.
Tahap perkembangan keluarga menurut
Duvall dan Milller (Friedman, 1998)
I.
Pasangan
Baru
Keluarga baru
dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan (istri)
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena
kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan orang tuanya.
Dua orang yang membentuk
keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar
hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya,
misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya
Tugas perkembangan
Tugas perkembangan
- Membina hubungan intim danmemuaskan.
- membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
- mendiskusikan rencana memiliki anak.
- Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga istri dan keluarga sendiri.
II.
Keluarga “child
bearing” kelahiran anak pertama
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak
pertama dan berlanjut sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini
adalah:
1. Persiapan menjadi orang tua
2. Adaptasi dengan perubahan
anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman orang tuan berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman orang tuan berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
III. Keluarga dengan anak pra
sekolah
Tahap ini
dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5
tahun.
Tugas perkembangn
- Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
- Membantu anak untuk bersosialisasi
- Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi.
- Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan masyarakat.
- Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
- Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
- Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
IV. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini
dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada saat anak
berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal
sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak
memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda
dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga.
1. Membantu sosialisasi anak
dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya
kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan
pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
V.
Keluarga
dengan anak remaja
Dimulai saat
anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian. Tujuannya untuk
memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan
diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan
1. Memberikan kebebasan yang
seimbnag dengan tanggung jawab.
2. Mempertahankan hubungan yang
intim dengan keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi
yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan
permusuhan.
Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
VI. Keluarga dengan anak dewasa
Dimulai pada
saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir
meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau
tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan
1. Memperluas keluarga inti
menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman
pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki
masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri
di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan
kegiatan rumah tangga.
VII. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini
dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini
dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan
gagal sebagai orang tua.
1. Tugas perkembangan
2. Mempertahankan kesehatan.
3. Mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak.
4. Meningkatkan keakraban
pasangan.
5. Fokus mempertahankan
kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati
hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
VIII. Keluarga usia lanjut
Dimulai saat
pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya meninggal.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan suasana rumah
yang menyenangkan.
2. Adaptasi dengan perubahan
kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban
suami/istri dan saling merawat.
4. Mempertahankan hubungan
dengan anak dan sosial masyarakat.
5. Melakukan life review.
6. Mempertahankan penataan yang
memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini.
5.
Keluarga sebagai
unit keperawatan
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan ( R.B freedman, 1981 ) adalah sebagai berikut :
a.
Keluarga sebagai
unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan
masyarakat .
b.
Keluarga sebagai
suatu dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah –
masalah dalam kelompoknya
c.
Masalah-masalah
kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu angota
keluarganya mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga yang lain.
d.
Dalam memelihara
kesehatan anggota keluarga sebagai individu ( pasien ) keluarga tetap berperan
sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya yang
menderita hipertensi.
e.
Keluarga merupakan
perantara yang efektif dan mudah dalam upaya kesehatan bagi anggota keluarga
yang menderita sakit hipertensi.
6.
Factor yang
mempengaruhi sehat - sakit
Faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu dan
keluarga menurut H. L Bloom yaitu
a.
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mencegah
terjadinya penyakit hipertensi adalah dengan cara menghindari adanya stres
b.
Faktor social budaya
1).
Factor social budaya
yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi adalah :
a).
Kebiasaan merokok
b). Kebiasaan mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung garam
c). Pola diet tidak teratur
d). Bila sakit tidak segera
berobat
2). Status social budaya yang dapat
meningkatkan stasus kesehatan pada kasus hipertensi adalah :
a). Menghindari kebiasaan
merokok.
b). Mengurangi konsumsi makanan
yang banyak mengandung garam .
c). berat badan dan olah raga
yang terratur
d).
Melakukan konril
yang teratur
c. Pelayanan kesehatan
Pelayanan
kesehatan sangat diperlukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat hipertensi
d. Faktor keturunan
Penyakit
hipertensi merupakan penyakit yang bersifat genetic
7. Tugas keluarga dalam
pemeliharaan kesehatan
Menurut Freedman
( 1981) keluarga mempunyai lima (5 )
tugas memelihara kesehatan keluarga
khususnya keluarga yang anggotanya
menderita penyakit hipertensi yaitu :
- Mengenal gangguan dan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga tentang gejala hipertensi
- Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap angota keluarga yang menderita penyakit hpertensi
- Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang menderita hipertensi
Mempertahankan
suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepada anggota keluarganya
- Mempertahankan hubungan timbal balik dengan fasilitas kesehatan yang dapat mengatasi penyakit hipertensi.
- Memodifikasi lingkungan yang mendujung pada kesehatan keluarga.
8. Peran perawat dalam memberi
asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
Dalam proses
membantu keluarga yang menderita penyakit hipertensi maka peran perawat
diperlukan sebagai berikut :
- Pengenal tentang gejala hipertensi
Perawat membatu
keluarga untuk mengenal tentang gejala penyakit hipertensi .
- Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi . Dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi, perawat memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengembangkan kemampuam mereka dalam melaksanakan perawatan dan memberikan demonstrasi kepada keluarga bagaimana merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi.
- Koordinator pelayanan kesehatan kepada keluarga yang menderita penyakit hipertensi .
Perawat
melakukan hubungan yang terus menerus dengan kelurga yang menderita penyakit
hipertensi, sehingga dapat menilai, mengetahui masalah dan kebutuhan keluarga
serta mencari cara penyelesaian masalah penyakit yang sedang dihadapi
- Fasilitator
Menjadikan
pelayanan kesehatan dengan mudah untuk mengenal masalah pada keluarga yang
menderita penyakit hipertensi dan mencari alternatif pemecahanya .
- Pendidik kesehatan
Perawat dapat
berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak
sehat menjadi sehat dalam mencegah
penyakit hipertensi
- Penyuluh dan konsultasi
Perawat berperan sebagai petunjuk dalam
asuhan keperawatan dasar terhadap keluarga yang anggotanya mederita penyakit
hipertensi.
B.
Hipertensi
1.
Pengertian
Hypertensi adalah
meningkatnya tekanan darah baik
tekanan sistolik dan
diastolic serta merupakan
suatu factor terjadinya
kompilikasi penyakitt
kardiovaskuler (Soekarsohardi,1999 :
151)
Hipertensi
adalah peningkatan tekanan
darah sistolik dan
diastolic diatas standar dihubungkan dengan usia
(Gede Yasmin,1993 : 191 ).
Dari definisi – definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa :
Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah
baik sistolik maupun diastolic
diatas normal sesuai
umur dan merupakan salah satu
factor resiko terjadinya
kompilkasi penyakit
kardiovaskuler.
Secara
teoritis, hipertensi sebagai suatu tingkat tekanan darah, dimana komplikasi
yang mungkin timbul menjadi nyata. Ada beberpaa pendapat yang menjelaskan definisi hipertensi, antara lain :
a. Menurut WHO
b. Hipertensi adalah kenaikan tekaan darah
sama atau diatas 160/90 mmHg.
c. Menurut kaplan, mendefinisikan hipertensi
berdasar atas perbedaan usia dan jenis kelamin:
1).
Pria
usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada
waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90 mmHg.
2).
Pria
usia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya diatas
145/95 mmHg
3).
pada
wanita, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah diatas atau sama dengan 160/95 mmHg
Menurut
sumber lain disebutkan bahwa Hipertensi adalah tekanan sistole lebih dari 140
mmHg, tekanan diastole lebih dari 90 mmHg. Diagnosa dipastikan dengan
pemeriksaan rata-rata 2 kali atau lebih pengukuran tekanan darah 2 waktu yang
terpisah. Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tahanan vaskuler
perifer pada tingkat arteriol.
2. Etiologi
Hipertensi dapat dikelompokan dalam dua
kategori :
- Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya yang jelas.
Berbagai faktor
yang turut berperan sebagai penyebab hipertensi seperti
berrtambahnya usia , factor psikologis ,
dan keturunan. Sekitar 90 %
hipertensi tidak diketahui penyebabnya .
- Hipertensi sekunder telah diketahui penyebabnya seperti stenosis arteri renalis, penyakit parekim ginjal, Koartasio aorta. Hiperaldosteron, pheochromositoma dan pemakaian oral kontrasepsi.
Adapun factor
pencetus hipertensi seperti, keturunan, jenis kelamin, umur, kegemukan, lingkungan,
pekerjaan, merokok, alcohol dan social
ekonomi (Susi Purwati , 2000 : 25
)
3. Gejala Klinis
Gejala yang
timbul bervariasi, tergantung dari tinggi rendahnya derajat hipertensi. Pada
hipertensi essensial dapat berjalan gejala dan umumnya baru timbul gejala
setelah komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak, dan jantung
yang sering di jumpai berupa :
1. Sakit kepala
2. Vertigo
3. Perdarahan retina
4. Gangguan penglihatan
5. Proteinuria
6. Hematuria
7. Takikardi, palpitasi
8. Pucat dan mudah lelah
4.
Patofisiologi.
Jantung adalah sistim pompa yang berfungsi untuk memompakan
darah keseluruh tubuh, tekanan teresebut bergantung pada
factor cardiac output dan tekanan peririfer. Pada keadaan
normal untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan
tubuh yang meningkat diperlukan peningkatan
cardiac output dan
tekanan perifer menurun .
Konsumsi sodium (garam ) yang berlebihan akan
mengakibatkan meningkatnya volume
cairan dan pre load sehingga meningkatkan
cardiac aouput . Dalam
sistim Renin - Angiotensien
- aldosteron pada patogenesis
hipertensi, , glandula supra
renal juga menjadi
factor penyebab oleh
karena faktor hormon
Sistim Renin
mengubah angiotensin menjadi
angiotensin I kemudian angitensin I
menjad angiotensin II oleh
Angitensi Convertion Ensym (ACE)
Angiotensin II
mempengaruhi Control Nervus
Sistim dan nervus
pereifer yang mengaktifkan
sistim simpatik dan
menyebabkan retensi vaskuler perifer
meningkat . Disamping itu angiotensin II mempunyai
efek langsung terhadap
vaskuler smoot untuk
vasokonstruksi renalis. Hal tersebut
merangsang adrenal untuk
mengeluarkan aldosteron yang
akan meningkatkan extra Fluid
volume melalui retensi
air dan natrium. Hal
ini semua akan
meningkatkan tekanan darah
melalui peningkatan cardiac
output. (Jurnlistik international cardiovaskuler,1999 )
Komplikasi yang
mungkin terjadi akibat
hipertensi seperti , penyakit jntung
koroner, gagal jantung ,gagal
ginjal ,kerusakan mata, dan kerusakan
pembuluh darah otak ( Sri Rahayu, 2000 : 22,23 dan patologi penyakit jantung
RSUD.dr Soetomo,1997).
5.
|
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : bukan diagnostik
tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko (hiperkoagulabilitas, anemia)
b. BUN / kretinin : memberikan informasi
tentang perfusi / fungsi ginjal
c. Glukosa : hiperglikemia (HIPERTENSI adalah
pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi)
d. Kalium serum : hipokalemia dapat
mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping
terapi diuretik
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium
serum dapat meningkatkan hipertensi
f.
Kolesterol
dan trigliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk
/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat
menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin / serum : untuk
mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
i.
Urinalisa
: darh. Protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal / adanya diabetes
j.
Asam
urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi
k. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi
kalsifikasi pada area katup, deposit / takik aorta / pembesaran jantung
l.
EKG :
dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, luas,
peniggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7.
Penatalaksanaan
Tujuan tiap
program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan
mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah
140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,
komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis termasuk penurunan
berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi
merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi
antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi
(pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya diatas 85 sampai 95 mmHg
dan sistoliknya di atas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.
Berikut algoritma penanganan hipertensi oleh Joint National on Detection Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure :
8. Perawatan pada penderita
hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Berolah raga ga secara
teratur
b. Obat-obatan penurun takanan
darah antara lain :
1). Diuretik : Hidrochlortiasid,Furosemid dll.
2). Betabloker :Proparnolol, dll.
3). Alfabloker : Prazosin dll.
4). Penghambat ACE :
Kaptopril dll.
5). Antagonis Kalsium :
Diltiasem dll.(farmakologi FKUI,1995)
c.
Pengaturan diet
Dalam merencanakan menu
makanan untuk penderita hipertensi ada beberapa factor yang perlu diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat hipertensi,aktifitas dan ada tidaknya
komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada penderita hipertensi
,diperlukan pengetahuan tentang jumlah
kandungan natrium dalam bahan makanan. Makan biasa ( untuk orang
sehat rata-rata mengandung 2800 – 6000 mg per hari ). Sebagian besar natrium
berasal dari garam dapur.
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor kadaan tekanan
darah serta cara pengaturan makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 4
(empat) macam diit untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan tekanan
darah yaitu :
Diet rendah
garam
Diet rendah garam pada hakekatnya
merupakan diet dengan mengkonsumsi makanan tanpa garam. Garam dapur
mempunyai kandungan 40% Natrium.
Sumber sodium
lainnya antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat),Pengawet makanan
atau natrium bensoat biasanya terdapat dalam saos,kecap,selai,jelli,makanan
yang terbuat dari mentega.
Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan diet pantang garam
memperhatikan hal sebagai berikut :
a. Jangan menggunakan garam
dapur
b. Hindari makanan awetan
seperti kecap, margarie, mentega, keju, trasi, petis, biscuit, ikan asin,
sardensis, sosis dan lain-lain.
c. Hindari bahan makanan yang
diolah dengan menggunakan bahan makanan tambahan atau penyedap rasa seperti
saos.
d. Hindari penggunaan beking
soda atau obat-obatan yang mengandung sodium.
e. Batasi minuman yang bersoda
seperti cocacola, fanta, sprite
f.
Diet rendah kolesterol
/ lemak.
Didalam tubuh
terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida, dan pospolipid.
Sekitar 25 – 50 % kolesterol berasal dari makanan dapat diarsorbsi oleh tubuh
sisanya akan dibuang lewat faeces. Beberapa makanan yang mengandung kolestero
tinggi yaitu daging, jeroan, keju keras, susu, kuning telur, ginjal, kepiting,
hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah menurunkan kadar kolestero
serta menurunkan berat badan bila gemuk. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
mengatur nutrisi pada hypertensi adalah :
g. Hindari penggunaan minyak
kelapa, lemak, margarine dan mentega.
h. Batasi konsumsi daging,
hati, limpa dan jenis jeroan.
i.
Gunakan susu full cream.
j.
Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per minggu.
k. Lebih sering mengkonsumsi
tahu, tempe, dan jenis kacang-kacang lainnya.
l.
Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti sirup, dodol.
m. Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran
dan buah – buahan.
n. Diet kalori bila kelebihan
berat badan. Hypertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh seseorang. Meski
demikian orang yang kelebihan berat badan akan beresiko tinggi terkena
hypertensi. Salah satu cara untuk menanggulanginya dengan melakukan diet rendah
kalori, agar berat badannya menurun hingga normal. Dalam pengaturan nutrisi
perlu diperhatikan hal berikut :
Asupan kalori
dikurangi sekitar 25 % dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk penurunan
0,5 kg berat badab per minggu.
o. Menu makanan harus seimbang
dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
p. Perlu dilakukan aktifitas
olah raga ringan.
Contoh menu
untuk penderita hypertensi :
1 piring nasi (
100 gram ), 1 potong daging ( 50 gram ), 1 mangkok sup ( 130 gram ), 1 potong
tempe ( 50 gram ), 1 potong pepaya ( 100 gram ), ( Sri Rahayu, 2000 ).
9.
Dampak masalah
a.
Terhadap individu.
1).
Pola persepsi dan
tata laksana hidup sehat.
Hypertensi merupakan penyakit yang tidak
diketahui penyebabnya oleh penderita. Kurangnya pengetahuan klien terhadap
penyakit hypertensi, sebagian besar timbul tanpa gejala yang khas.
2).
Pola nutrisi dan
metabolisme.
Pada penderita hypertensi sering mengalami
keluhan kepala pusing dan bila berlangsung lama disertai mual-mual dan muntah.
3).
Psikologi.
Penderita hypertensi biasanya iritabel, mudah
marah dan tersinggung.
4).
Pola tidur dan
istirahat
Pada klien hypertensi mengalami gangguan
tidur sering terbangun karena sering sakit kepala dan tegang pada leher bagian
belakang.
5).
Pola persepsi dan
pengetahuan.
Pada klien hipertensi sering terjadi
kebosanan akan prosedur pengobatan yang lama ,diet, olah raga, merokok, minuman
beralkohol.
6).
Pada pola tata nilai
dan kepercayaan
Klien akan merasa cemas akan kesembuhan
penyakitnya dan merasa tidak berdaya dengan keberadaan sekarang.
b.
Dampak masalah
terhadap keluarga
1).
Merepotkan
dalam memberikan perawatan ,pengaturan
diet, mengantar kontrol dan manambah beban biaya hidup yang terus –menerus.
2).
Produktifitas
menurun. Apabila hipertensi mengena kepala keluarga yang berperan sebagai
pencari nafkah untuk kebutuhan keluarga ,maka akan menghambat kegiatannya
sehari-hari untuk kegiatan seperti semula.
3).
Psikologi .
Peran kepala
akan diganti oleh anggoata keluarga yang lain.
c. Terhadap masyarakat
Dengan adanya
klien hipertensi dimasyarakat memungkinkan terjadi perubahan peran dalam
masyarakat Selain itu akan menimbulkan
kecemasan terhadap masyarakat dan akan terjadi ancaman kehilangan salah satu
anggotanya. .
d. Pelayanan kesehatan
Mengamati
prevalensi penyakit hipertensi yang semakin meningkat,maka akan terjadi beban
pelayanan kesehatan di masa yang akan datang.
10.
Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang
digunakan secara sistimatis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga,melaksanakan asuhan
keperawatan ,serta implementasi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana
yang telah direncanakan /dibuat serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan
yang telah dilaksanakan .
- Tahap penjajakan awal
1).
Pengkajian
a)
Pengumpulan data
Merupakan
informasi yang diperlukan untuk mengukur
masalah kesehatan ,status kesehatan, kesanggupan keluarga dalam memberikan
perawatan pada anggota keluarga meliputi:
b)
Struktur dan sifat
anggota keluarga, anggota –anggota
keluarga dan hubungan dengan kepala keluarga.
c)
Data demografi.
d)
Kegiatan dalam hidup
sehari-hari,kebiasaan tidur,kebiasaan makan dan penggunaan waktu senggang.
e)
Faktor sosial budaya
dan ekonomi
f)
Faktor lingkungan
g)
Perumahan
h)
Fasilitas social dan
lingkungan
i)
Fasilitas
transportasi dan kesehatan
j)
Riwayat kesehatan
2).
Analisa data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui
masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga. Dalam menganalisis data dapat
menggunakan Typologi masalah dalam
family healt care.
Permasalahan dapat dikategorikan sebagai
berikut :
a)
Ancaman kesehatan
adalah : keadaan yang dapat memungkinkan
terjadinya penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi
kesehatan.
Contoh :
1) Riwayat
penyakit keturunan dari keluarga seperti
hipertensi
2) Masalah
nutrisi terutama dalam pengaturan diet
b) Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan kesehatan.
Contoh:
1) Adakah
didalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi
2) Siapakah yang menderita penyakit hipertensi
c)
Krisis adalah :
saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak dari indivdu atau keluarga dalam
hal penyesuaian maupun sumber daya mereka.
Contoh :
Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat
hipertensi.
3).
Penentuan prioritas
masalah
Didalam menentukan prioritas masalah
kesehatan keluarga menggunakan sistim scoring berdasarkan tipologi masalah
dengan pedoman sebagai berikut
Cara membuat skor penentuan prioritas masalah keperawatan keluarga :
NO
|
KRITERIA
|
SKOR
|
BOBOT
|
1
|
Sifat masalah
·
Aktual (Tidak/kurang sehat)
·
Ancaman kesehatan
·
Keadaan sejahtera
|
3
2
1
|
1
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat diubah
·
Mudah
·
Sebagian
·
Tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
3
|
Potensi masalah untuk dicegah
·
Tinggi
·
Sedang
·
Rendah
|
3
2
1
|
1
|
4
|
Menonjolnya masalah
·
Masalah berat, harus segera
ditangani
·
Ada masalah, tetapi tidak perlu
segera ditangani
·
Masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
Skoring :
i.
Tentukan skor untuk tiap kriteria
ii.
Skor dibagi dengan angka tertinggi
dan kalikanlah dengan bobot
iii.
iv.
Jumlahkanlah skor untuk semua
criteria ,skor tertinggi 5 sama dengan
seluruh bobot
- Penjajakan pada tahap kedua
Tahap ini
menggambarkan sampai dimana keluarga dapat melaksanakan tugas-tugas kesehatan
yang berhubungan dengan ancaman
kesehatan,kurang /tidak sehat dan krisis yamg dialami oleh keluarga yang
didapat pada penjajakan tahap pertama.
Pada tahap kedua
menggambarkan ketidak mampuan keluarga untuk melaklasanakan tugas-tugas
kesehatan serta cara pemecahan masalah yang dihadapi .
Karena
ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan
keperawatan, maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan secara umum pada
keluarga yang menderita penyakit hipertensi
antara lain :
1) Ketidak sanggupan keluarga mengenal
masalah penyakit hipertensi berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala hipertensi
2) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil
keputusan dalam melaksanakan tindakan yang tepat untuk segera berobat kesarana
kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan
klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana kesehatan
3) Ketidak mampuan merawat anggota keluarga
yang sakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi
,cara perawatan dan sifat penykit hipertensi .
4) Keitdaksanggupan memelihara lingkungan
rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan keluarga berhubungan dengan tadak dapat
melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan serta kitidaktahuan
tentang usaha pencegahan penyakit hipertensi.
5) Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada
di masyarakat guna memelihara kesehatan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien dan keluarga tersedianya fasilitas kesehatan seperti
JPS.,dana sehat dan tidak memahami manfaatnya.
Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan diet pada klien
hipertensi adalah :
1) Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi
sebagai salah satu penyebab terjadinya hipertensi adalah berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan cara pengaturaan diet yang benar.
2) Ketidak sanggupan keluarga memilih
tindakan yang tepat dalam pengaturan diet bagi penderita hipertensi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang benar.
3) Ketidakmampuan untuk penyediaan diet
khusus bagi klien hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang tepat.
4) Ketidakmampuan meenyediakan makanan rendah
garam bagi penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan
kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam
5) Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman
obat keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahan tentang manfaat tanaman
obat tersebut.
- Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang
ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan
dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Nasrul Effendi,1998 : 54 )
Rencana tindakan dari masing –masing diagnosa keperawatan khusus diet pada
klien hipertensi adalah :
1). Ketidakmampuan mengenal
masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya hipertensi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang
cara pengaturan diet yang benar.
a) Tujuan
Keluarga mampu
mengenal cara pengaturan diet bagi anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi.
b) Kriteria hasil
i.
Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas pengaturan diet bagi
anggota kelurga yng menderita hipertensi.
ii.
Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan sesuai anjuran.
c) Rencana tindakan
i.
Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang benar bagi
penderita hipertensi.
ii.
Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman caranya menyediakan
makan-makanan rendah garam bagi penderita hipertensi .
d) Rasional
i.
Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga menimbulkan peresepsi yang
negatip sehingga dapat dijadikan motivasi untuk mengenal masalah khususnya
nutrisi untuk klieh hiperetensi
ii.
Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan makanan yang rendah
garam.
2). Ketidak mampuan dalam
mengambil keputusan untuk mengatur diet terhadap anggota keluarga yang
menderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
manfaat dari pengaturan diet
a) Tujuan
Keluarga dapat
memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk klien hipertensi
b) Kriteria hasil
i.
Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet bagi klien
hiperetensi
ii.
Keluarga
dapat menyediakan makanan khusus untuk klien hipertensi
c) Rencana tindakan
i.
Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan diet untuk klien
hipertensi.
ii.
Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien hipertensi.
d) Rasionalisasi
i.
Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu melaksanakan cara pengaturan
diet untuk klien hipertensi
ii.
Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk penderita hipertensi.
3). Ketidakmampuan keluarga
untuk menyediakan diet khusus bagi penderita hipertensi berhubungan kurangnya
pengetahuan tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang benar .
a) Tujuan
Keluarga mampu
menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi.
b) Kriteria hasil
i.
Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita
hipertensi.
ii.
Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat bagi klien
hipertensi.
c) Rencana tindakan
i.
Beriakan penjelasan kepada klien dan keluarga cara pengolahan makanan
untuki klien hipertensi.
ii.
Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan yang dikonsumsi
oleh klien hipertensi.
iii.
Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk memnbuat makanan
dengan jumlah yang tepat.
d) Rasionalisasi.
i.
Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga dapat cara
pengolahan makanan untuk klien hipertensi.
ii.
Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai yang dianjurkan.
iii.
Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat makanan dalam jumlah yang
tepat kilen dan keluarga mampu menjalankan /melaksanakaannya sendiri.
4). Ketidakmampuan menyediakan
makanan rendah garam bagi penderita hipertensi berhubungan dengan kurang
pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung garam.
a) Tujuan
Seluruh anggota
keluarga membiasakan diri setiap hari mengkonsumsi makanan yang rendah garam.
b) Kriteria hasil
i.
Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang rendah garam
ii.
Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang banyak mengandung
garam.
iii.
Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung garam.
c) Rencana tindakan.
i.
Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh garan terhadap
klien hipertensi.
ii.
Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana yang banyak
mengandung garam.
iii.
Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka mampu untuk merubah
kebiasaan yang kurang baik tersebut yang didasari padea niat dan keinginan
untuk merubah.
d)
Rasional
i.
Diharapkan klien dan
keluarga memahami dan mengerti tentang pengaruh garam terhadap klien hipertensi
ii.
Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari makanan yang banyak
mengandung garam.
iii.
Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan kelarga mau merubah sikapnya
dari yang tidak sehat menjadi sehat
5). Ketidakmampuan menggunakan
sumber pemanfaatan tanaman obat keluarga
berhubungan dengan kurang pengetahuan
guna dari tanaman obat keluarga.
a)
Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu
memanfaatkan sumber tanaman obat keluarga.
b)
Kriteria hasil
Klien dan
keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat membantu untuk pengobatan
hipertensi
c)
Rencana tindakan
Beri penjelasan
kepada klien dan keluarga manfaat Toga.
i.
Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis tumbuhan /tanaman
yang dapat membantu menurunkan tekanan darah
ii.
Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha memiliki tanaman
obat keluarga .
d)
Rasional
i.
Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat
Toga.
ii.
Klien dan keluarga
dapat mengetahui jenis tanaman yang dapat menurunkan tekanan darah.
iii.
Dengan memiliki Toga
sendiri klien dapat mengkonsumsi tanaman obat tersebut kapan saja
diperlukan.
- Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota
keluarga yang menderita hipertensi sesuai rencana yang telah disusun.
Pada peleksanaan
asuhan keperawatan keluarga dapat
dilaksanakan antara lain :
1). Deteksi dini kasus baru.
2). Kerja sama lintas program
dan lontas sektoral
3). Melakukan rujukan
4). Bimbingan dan penyuluhan. ( Pedoman Kerja Puskesmas, 1992 :6)
- Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah
tujuan tercapai (out put ) dan penilaian selalu berkaitan dengan
tujuan.Evaluasi juga dapat meliputi penilaian input dan porses.
Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan
pada beberapa dimensi ;
1). Bila evaluasi dipusatkan
pada tujuan kita memperhatikan hasil dari tindakan keperawatan.
2). Bila evaluasi digunakan pada
ketepatgunaan (effisiensi ),maka dimensinya dapat dikaitkaan dengan
biaya.,waktu,tenaga dan bahan.
3). Kecocokan (Apprioriatenes )
dari tindakan keperawatan adalah kesanggupan dari tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah.
4).
Kecukupan (Adecuacy)
dari tindakan keperawatan (Family Healt
Care , 1989 : 97 )
PENGKAJIAN KELUARGA
A. Data Umum
1. Nama
KK : Ny. S
2. Umur
: 70 Tahun
3. Pendidikan
: SD
4. Pekerjaan
: Buruh tani
5. Suku
/ Bangsa : Jawa / WNI
6. Alamat
: Gemarang barat, Watualang, Ngawi
7. Tanggal
Pengkajian : 21 Januari 2012
8. Diagnosa
Medis pada Ny. S : Hipertensi
B.
Susunan
Anggota Keluarga
No
|
Nama
|
Umur
|
L/P
|
Hub. keluarga
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Riw. kesehatan
|
1.
|
Ny. S
|
70
|
L
|
KK
|
SD
|
Tani
|
Hipertensi
|
2.
|
Ny. D
|
58
|
P
|
Anak
|
SD
|
-
|
-
|
3
|
Tn. K
|
32
|
L
|
Anak
|
SMP
|
Tani
|
-
|
C.
Genogram
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: penderita Hipertensi
: menikah
: tinggal serumah
1.
Tipe
keluarga :
Keluarga inti
2.
Suku Bangsa :
Jawa
3.
Agama :
Islam
4.
Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga Ny.S ± Rp 500.000 per
bulan. Dana keluarga digunakan untuk
kebutuhan dasar (makan, minum, pakaian).
5. Aktifitas rekreasi keluarga
Anggota keluarga Ny.S yaitu
istri, tidak mempunyai aktivitas rekreasi kecuali hanya nonton Televisi.
D.
Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap
perkembangan keluarga Ny.S adalah keluarga dengan usia lanjut usia.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi
Tugas
perkembangan dalam keluarga Ny.S yang belum terpenuhi adalah perawatan pada
usia lanjut dalam keluarga dengan penyakit kronis pada Ny.S yaitu Hipertensi.
3. Riwayat keluarga
Riwayat
kesehatan keluarga :
a. Keluarga Ny.S tidak mempunyai riwayat
penyakit keturunan.
b. Ny.S menderita penyakit hipertensi.
Dalam keluarga Ny.S biasanya
menggunakan sumber pelayanan kesehatan
keluarga yaitu puskesmas.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Keluarga Ny. S tidak ada yang
menderita penyakit keturunan, bawaan maupun menular.
E.
Lingkungan
1. Karakteristik rumah dan denah rumah
Tipe rumah semi permanen dengan lantai dari tanah.
Denah rumah
|
a. Janis bangunan : semi permanen
b. Status rumah : rumah pribadi
c. Atap rumah : genteng
d. Ventilasi : cukup.
e. Cahaya : cukup
f.
Penerangan :
cukup
g. Lantai : tanah
h. Saluran limbah : dibuang kebelakang rumah.
i.
Jamban : jenis kloset angsatrin
2. Karakteristik tetangga dan keluarga
Interaksi tetangga
dengan keluarga Ny.S cukup
harmonis, dibuktikan Ny.S rajin mengikuti Posyandu Lansia.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Ny.S
dalam aktivitas sehari-hari menggunakan
fasilitas sepeda
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Ny.S
tidak mempunyai waktu tertentu untuk mengadakan pertemuan khusus dalam keluarga,
mereka cukup melakukan komunikasi setiap hari dengan anggota keluarga. Sedangkan
interaksi dengan tetangga cukup baik dengan sering ngobrol dengan tetangga.
5. Sistem pendukung keluarga
Anggota
keluarga Ny.S termasuk dalam kategori kurang sehat karena Ny.S menderita hipertensi sedangkan. Fasilitas
kesehatan yang dapat digunakan keluarga adalah Puskesmas.
F.
Struktur Keluarga
1. Struktur peran (formal dan informal)
Formal
Ny. S, sebagai Ibu, kepala
keluarga dan pencari nafkah.
Ny. D, sebagai anak.
Tn. K, sebagai anak dan mengikuti
kegiatan di kampung (arisan RT)
2. Nilai dan norma keluarga
Keluarga
menghormati dan menjalankan norma agama dalam menjalani kehidupan berumah
tangga dan bermasyarakat
3.
Pola komunikasi keluarga
Komunikasi yang biasa digunakan sehari-hari adalah bahasa jawa. Hubungan komunikasi antar anggota keluarga cukup baik.
4.
Struktur kekuatan keluarga
Anggota keluarga satu dengan yang lain saling membantu dan mendukung
Ny. S jarang melakukan kontrol terhadap tekanan darahnya karena kurang
mempunyai biaya dan tidak tahu kalau mempunyai penyakit darah tinggi.
G.
Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Setiap
anggota keluarga saling menyayangi dan menghormati
2. Fungsi sosial
Setiap keluarga
saling menjaga hubungan sosial yang baik dengan warga sekitar dengan mengikuti kegiatan dalam
masyarakat.
3. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
a. Keluarga Ny.S tidak mengetahui kalau Ny. S menderita penyakit Hipertensi /
darah tinggi.
b. Keluarga Ny.S kurang cepat dalam
mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan karena sangat tergantung pada
kondisi keuangan.
c. Keluarga Ny.S belum tahu cara
merawat penyakit Hipertensi / darah tinggi terutama untuk masalah diet, kurang
teratur dalam berobat dan tidak teratur kontrol tekanan darah.
d. Keluarga Ny.S belum mampu
memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat terutama untuk ventilasi
kurang dan lantai masih dari tanah, karena terbentur masalah biaya.
e. Keluarga Ny.S jarang menggunakan
fasiltas kesehatan karena terkendala biaya.
4. Fungsi reproduksi
Ny.S mempunyai
8 (delapan) orang anak, tujuh diantaranya sudah berkeluarga dan mempunyai rumah
sendiri sedangkan anak yang terakhir yaitu Tn.K masih bujangan dan satu rumah
dengan Ny.S dan Ny.D.
Ny. S dan
Ny.D Sudah menopouse dan keduanya janda.
5. Fungsi ekonomi
Kebutuhan
ekonomi dicukupi lewat penghasilan Ny.S kadang – kadang dibantu oleh anaknya
Tn. K.
H.
Stress dan koping keluarga
1.
Stressor jangka pendek
Ny.S tidak mempunyai pekerjaan tetap.
2.
Stressor jangka panjang
Ny. S selalu mengatakan bahwa anaknya yang terakhir
belum mau berkeluarga.
3.
Kemampuan keluarga
berespon terhadap stressor
Keluarga Ny.S cukup tenang dalam menghadapi
permasalahan keluarga.
4.
Strategi koping yang digunakan
Apabila menghadapi masalah yang berat Ny.S menghibur
diri dengan menonton televisi.
I.
Pemeriksaan Fisik
Ny. S
- Vital sign :
TD : 180/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36 o C
RR : 18 x/menit
- Kepala
a. Rambut :
rambut bersih.
b. Mata :
Visus 5/5, tidak ada kelainan, sclera
putih.
c. Telinga : Telinga bersih, pendengaran cukup baik, tidak
ada penyakit.
d. Hidung :
Hidung bersih, penciuman masih normal.
e. Mulut :
Mulut bersih, gigi ada beberapa yang
tanggal.
- Leher
Tidak
ada pembesaran kelenjar gondok, bentuk leher normal.
- Dada
a. Paru :
Inspeksi :
simetris, tidak ada retraksi, tidak ada luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara wheezing
b. Jantung :
Inspeksi : tidak ada kelainan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : Suara DJ tunggal, tidak ada suara tambahan.
- Abdomen :
Inspeksi : tidak ada kelainan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : peristaltik normal
- Ekstremitas :
a. Atas
1) Kanan : Kadang – kadang terasa nyeri dan keju linu pada tangan kanan
2) Kiri : Kadang – kadang terasa nyeri dan keju linu
pada tangan kiri
b. Bawah
1) Kanan :
Kadang – kadang terasa nyeri dan keju linu pada kaki kanan
2) Kiri : Kadang – kadang terasa nyeri dan keju linu pada
kaki kiri.
- Genetalia : Tidak terkaji
J.
Pemeriksaan Penunjang
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Klien mengatakan tidak tahu
kalau menderita penyakit Hipertensi / darah tinggi.
Klien jarang kontrol tekanan
darah.
Kadang – kadang klien merasa
pusing.
Ny. S mengatakan badan terasa nyeri
dan leher/tengkuk kadang – kadang kaku.
K.
Terapi
Ny. S mendapat obat oral :
Captopril
12,5 mg (2 x 1 tab / hari), Kalk tab (2 x1 tab / hari), Vit B1 (2 x1 tab / hari),
Antalgin tab (3 x 1 tab / hari)
L.
Harapan keluarga
Keluarga Ny.S mengharapkan bisa mencukupi kebutuhan
sehari – hari termasuk untuk kebutuhan berobat Ny.S dan untuk memperbaiki rumah.
ANALISA DATA
NO
|
DATA
|
MASALAH
|
PENYEBAB
|
1
|
DS :
Klien mengatakan sering pusing
Klien mengatakan tengkuk/leher sakit
DO :
TD : 180/100 mmHg
Riwayat hipertensi
Jarang kontrol di puskesmas
|
Gangguan rasa nyaman nyeri kepala
|
Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
|
2
|
DS:
Ny. S mengatakan bahwa tidak tahu kalau menderita darah tinggi
Ny. S mengatakan tidak pernah pantangan makan.
DO:
TD : 180/100 mmHg.
Jarang kontrol ke Puskesmas.
Keluarga Ny.S tidak tahu tentang Diet pada hipertensi.
|
Resiko terjadi komplikasi penyakit hipertensi (CVA)
|
Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga
yang sakit
|
A. Skoring
1.
Resiko
terjadi komplikasi penyakit hipertensi pada Ny. S b.d Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan anggota
keluarga yang sakit.
No
|
Kriteria
|
Penghitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1
|
Sifat masalah
Skala : Ancaman kesehatan
|
x 1
|
Penyakit
Hipertensi merupakan penyakit menahun yang sulit sembuh total.
|
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : Sebagian
|
x 2
|
1
|
Komplikasi
pada Hipertensi bisa disebabkan dari berbagai faktor apalagi bila klien tidak
disiplin dalam perawatan kesehatannya.
|
3
|
Potensial
masalah untuk dicegah
Skala
: Tinggi
|
x 1
|
1
|
Sumber-sumber
dan tindakan untuk mencegah meningkatnya tekanan darah bisa terjangkau oleh keluarga
Ny.S
|
4
|
Menonjolnya
masalah
Skala : Masalah tidak dirasakan
|
x 1
|
0
|
Masalah
belum muncul sehingga masalah tidak dianggap serius oleh Ny. S dan
keluarganya
|
Total
|
2
|
2.
Gangguan
rasa nyaman nyeri kepala b d Ketidak
mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
No
|
Kriteria
|
Penghitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1
|
Sifat
masalah
Skala :
Actual
|
x 1
|
1
|
Sakit
kepala (rasa pusing) sering dirasakan oleh klien.
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : Mudah
|
x 2
|
2
|
Sumber dan tindakan untuk mengurangi
sakit kepala tersedia.
|
3
|
Potensial masalah untuk dicegah
Skala : Sedang
|
x 1
|
Dengan diet yang baik dan minum obat
secara teratur tekanan darah bisa dikendalikan.
|
|
4
|
Menonjolnya
masalah
Skala : Ada masalah
|
x 1
|
Klien merasa tidak nyaman bila sakit
kepalanya kambuh.
|
|
Total
|
3
|
B. Prioritas
Masalah
1. Gangguan
rasa nyaman nyeri kepala b d Ketidak
mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
2. Resiko
terjadi komplikasi pada Ny. S b.d Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan anggota keluarga
yang sakit
PERENCANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI
No
|
Diagnosa
keperawatan keluarga
|
Tujuan
|
Ktriteria
evaluasi
|
Rencana
|
||
Umum
|
Khusus
|
Kriteria
|
Standar
|
|||
1.
|
Gangguan rasa nyaman nyeri kepala b d
Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Dimanifestasikan dengan:
DS :
Klien mengatakan sering pusing
Klien mengatakan tengkuk/leher kaku dan sakit
Klien mengatakan tidak tahu penyebab dari rasa pusing dan kaku pada leher
DO :
TD : 160/90 mmHg
Riwayat hipertensi
Jarang kontrol rutin di puskesmas
Keluarga tidak tahu penyebab sakit kepala pada klien
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien tidak mengalami nyeri/sakit
kepala
|
Setelah dilakukan kunjungan 2x diharapkan keluarga dapat :
menjelaskan tanda-tanda hipertensi.
Keluarga bisa menyebutkan cara mengurangi rasa sakit pada kepala.
Keluarga bisa menyebutkan salah satu obat sakit kepala.
Klien mau minum obat
|
Verbal dan non verbal
|
Keluarga dan klien bisa mengetahui dan memahami tentang tanda-tanda
hipertensi, cara mengurangi rasa sakit pada kepala, bisa menyebutkan salah
satu obat sakit kepala.
Klien minum obat anti hipertensi dan anti nyeri (captopril dan antalgin)
|
1. Observasi tanda – tanda nyeri
2. Gali pengetahuan keluarga mengenai tanda
– tanda hipertensi
3. Jelaskan mengenai cara mengurangi rasa
sakit/nyeri kepala.
4. Jelaskan tentang jenis obat yang aman
untuk diminum.
5. Jelaskan aturan minum obat yang benar.
6. Beri kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya
|
2
|
Resiko terjadi komplikasi (CVA) b.d ketidak mampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan, dimanifestasikan dengan :
DS :
Ny. S mengatakan bahwa tidak tahu kalau menderita darah tinggi
Ny. S mengatakan tidak pernah pantangan makan.
DO:
TD : 180/100 mmHg.
Jarang kontrol ke Puskesmas.
Keluarga Ny.S tidak tahu tentang Diet pada hipertensi.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, resiko terjadinya komplikasi pada
klien bisa dikurangi.
|
Setelah dilakukan kunjungan 2x diharapkan keluarga dapat :
menjelaskan arti hipertensi, tanda & gejala
hepertensi, faktor penyebab, pencegahan dan resiko terjadinya komplikasi akibat
dari hipertensi
|
Verbal
|
Keluarga mengetahui dan memahami tentang hipertensi, tanda & gejala
hipertensi, faktor penyebab, pencegahan dan komplikasi hipertensi
|
1. Observasi adanya resiko komplikasi pada
hipertensi
2. Gali pengetahuan keluarga mengenai
hipertensi
3. Jelaskan mengenai pengertian, tanda
& gejala, penyebab, pencegahan dan akibat komplikasi.
4. Anjurkan pada klien untuk sering berobat
ke Puskesmas.
5. Beri kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya
|
PELAKSANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan khusus
|
Tanggal
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1.
|
Gangguan rasa nyaman nyeri kepala b d
Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
dimanifestasikan dengan :
DS :
Klien mengatakan sering pusing
Klien mengatakan tengkuk/leher kaku dan sakit
Klien mengatakan tidak tahu penyebab dari rasa
pusing dan kaku pada leher
DO :
TD : 160/90 mmHg
Riwayat hipertensi
Jarang kontrol rutin di puskesmas
Keluarga tidak tahu penyebab sakit kepala pada
klien.
|
Setelah dilakukan kunjungan 2x diharapkan keluarga dapat :
menjelaskan arti hipertensi, tanda & gejala hepertensi, faktor
penyebab, pencegahan dan komplikasi hipertensi
|
29/1/2012
|
1. Mengobservasi tanda – tanda nyeri
2. Menggali pengetahuan keluarga mengenai
hipertensi
3. Menjelaskan mengenai penyebab dari rasa pusing
dan sakit kepala serta rasa kaku pada tengkuk/leher
4. Memberikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya
|
29 November 2006
S :
Ny. S mengatakan mengerti dan tahu
kalau menderita penyakit hipertensi.
Ny.S bersedia minum obat pereda sakit kepala.
O :
TD : 180/100 mmHg
Ny. S minum antalgin tab.
Ny. S dapat menjelaskan kembali
tentang penyebab dan pencegahan dari sakit kepala.
A :
Masalah teratasi
P :
Intervensi dihentikan
|
2
|
Resiko terjadi komplikasi b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.
Dimanifestasikan dengan:
DS :
Ny. S mengatakan bahwa tidak tahu kalau
menderita darah tinggi
Ny. S mengatakan tidak pernah pantangan makan.
DO:
TD : 180/100 mmHg.
Jarang kontrol ke Puskesmas.
Keluarga Ny.S tidak tahu tentang Diet pada
hipertensi.
|
Setelah dilakukan kunjungan 2x diharapkan keluarga dapat :
menjelaskan tanda-tanda hipertensi.
Keluarga bisa menyebutkan cara mengurangi rasa sakit pada kepala.
Keluarga bisa menyebutkan salah satu obat sakit kepala.
Klien mau minum obat
|
2/2/2012
|
1. Mengobservasi adanya resiko komplikasi
pada hipertensi
2. Menggali pengetahuan keluarga mengenai
hipertensi
3. Menjelaskan mengenai pengertian, tanda
& gejala, penyebab, pencegahan dan akibat komplikasi hipertensi
4. Memberikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya
|
2 Pebruari 2012
S :
Ny. S mengatakan mengerti dan tahu kalau menderita
penyakit hipertensi
Ny. S bersedia untuk kontrol rutin di Puskesmas
Ny. S bersedia diet rendah garam.
Ny. S bersedia minum obat
O :
TD : 170/90 mmHg
Ny. S minum Captopril tab.
Ny. S dapat menjelaskan kembali tentang penyebab
dan pencegahan dari hipertensi
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dihentikan
|
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Nasrul, 1998. Dasar
Keperawatan Kesehatan Komunitas edisi II . Jakarta : EGC.
Moerdono, Prof.Dr. 1994. Masalah hipertensi . Jakarta: Bhrata Karya
Aksara.
Rahayu Sri Ir
dkk, 2000. Nutrisi untuk klien hipertensi . Jakarta : EGC
Stanhope
Marcia dan Ruth N, 1997. Keperawatan Komunitas dan kesehatan rumah
,pengkajian intervensi dan penyuluhan .Jakarta : EGC.
Yasmin Ni Luh
Gede, 1993. Proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistim kardiovasculer.
Jakarta : EGC.